KAWAT PENGHANTAR JARINGAN DISTRIBUSI
KAWAT
PENGHANTAR JARINGAN
DISTRIBUSI
A. Pengertian
Kawat penghantar merupakan bahan yang
digunakan untuk menghantarkan tenaga listrik pada sistem saluran udara dari
Pusat Pembangkit ke Pusat-Pusat Beban (load center), baik langsung menggunakan
jaringan distribusi ataupun jaringan transmisi terlebih dahulu. Pemilihan kawat
penghantar yang digunakan untuk saluran udara didasarkan pada besarnya beban
yang dilayani, makin luas beban yang dilayani makin besar ukuran penampang
kawat penghantar yang digunakan. Dengan penampang kawat yang besar akan membuat
tahanan kawat menjadi kecil. Agar tak terjadi kehilangan daya pada jaringan dan
daya guna (efisiensi) penyaluran tetap tinggi, diperlukan tegangan yang tinggi.
Dengan demikian besarnya penampang kawat penghantar tidak mempengaruhi atau
mengurangi penyaluran tenaga listrik. Tetapi dengan penampang kawat yang besar
akan membuat kenaikan harga peralatan. Oleh sebab itu pemilihan kawat
penghantar diperhitungkan seekonomis mungkin dengan konduktivitas dan kekuatan
tarik yang tinggi, serta dengan beban yang rendah tentunya. Oleh karena itu
untuk jaringan distribusi tegangan tinggi maupun distribusi tegangan rendah
lebih banyak menggunakan kawat penghantar aluminium yang mempunyai faktorfaktor
yang memenuhi syarat sebagai kawat penghantar.
B. Bahan Kawat Penghantar Jaringan
Bahan-bahan kawat penghantar untuk
jaringan tenaga listrik biasanya dipilih dari logam-logam yang mempunyai
konduktivitas yang besar, keras dan mempunyai kekuatan tarik (tensile strenght) yang besar, serta
memiliki berat jenis yang rendah. Juga logam yang tahan akan pengaruh proses
kimia dan perubahan suhu serta mempunyai titik cair yang lebih tinggi. Untuk
memenuhi syarat-syarat tersebut, kawat penghantar hendaknya dipilih suatu logam
campuran (alloy), yang merupakan
percampuran dari beberapa logam yang dipadukan menjadi satu logam. Dari hasil
campuran ini didapatkan suatu kawat penghantar dengan kekuatan tarik dan
konduktivitas yang tinggi. Logam campuran yang banyak digunakan untuk jaringan
distribusi adalah kawat tembaga campuran (copper
alloy) atau kawat aluminium campuran (aluminium
alloy). Karena faktor ekonomis, saat ini lebih banyak digunakan kawat
aluminium campuran untuk jaringan distribusi. Sedangkan kawat lain seperti
kawat tembaga, kawat tembaga campuran, atau kawat aluminium berinti baja tidak
banyak digunakan.
1. Kawat Tembaga
Tembaga murni merupakan logam liat berwarna kemerahmerahan,
yang mempunyai tahanan jenis 0,0175 dengan berat jenis 8,9 dan titik cair
sampai 1083° C, lebih tinggi dari kawat
aluminium. Kawat tembaga ini mempunyai konduktivitas dan daya hantar yang
tinggi. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 1 di bawah ini.
Pada mulanya kawat tembaga ini banyak dipakai untuk
penghantar jaringan, tetapi bila dibandingkan dengan kawat aluminium untuk
tahanan (resistansi) yang sama, kawat tembaga lebih berat sehingga harganya
akan lebih mahal. Dengan berat yang sama, kawat alauminium mempunyai diameter
yang lebih besar dan lebih panjang dibandingkan kawat tembaga. Dewasa ini
cenderung kawat penghantar jaringan digunakan dari logam aluminium.
2. Kawat Aluminium
Aluminium merupakan suatu logam yang sangat ringan, beratnya
kira-kira sepertiga dari tembaga, dan mempunyai tahanan jenis tiga kali dari
tembaga. Logam aluminium berwarna keperak-perakan, yang mempunyai tahanan jenis
? dengan berat jenis ? dan titik cair sampai ?° C, lebih tinggi dari
kawat ?.
Sifat logam aluminium ini mudah dibengkok-bengkokkan karena
lunaknya. Oleh karena itu kekuatan tarik dari kawat aluminium lebih rendah dari
kawat tembaga, yaitu setengah dari kekuatan tarik kawat tembaga. Untuk itu
kawat aluminium hanya dapat dipakai pada gawang (span) yang pendek, sedangkan untuk gawang yang panjang dapat
digunakan kawat aluminium yang dipilin menjadi satu dengan logam yang sejenis
maupun yang tidak sejenis, agar mempunyai kekutan tarik yang lebih tinggi. Oleh
karena itu kawat aluminium baik sekali digunakan sebagai kawat penghantar
jaringan.
Kelemahan kawat aluminium ini tidak tahan akan pengaruh suhu,
sehingga pada saat cuaca dingin regangan (stress) kawat akan menjadi kendor.
Agar kekendoran regangan kawat lebih besar, biasanya dipakai kawat aluminium
campuran (alloy aluminium wire) pada
gawang-gawang yang panjang. Selain itu kawat aluminium tidak mudah dipatri (disolder) maupun di las dan tidak tahan
akan air yang bergaram, untuk itu diperlukan suatu lapisan dari logam lain
sebagai pelindung. Juga kawat aluminium ini mudah terbakar, sehingga apabila
terjadi hubung singkat (short circuit)
akan cepat putus.
Karena itu kawat aluminium ini banyak
digunakan untuk jaringan distribusi sekunder maupun primer yang sedikit sekali
mengalami gangguan dari luar. Sedangkan untuk jaringan transmisi kawat yang
digunakan adalah kawat aluminium capuran dengan diperkuat oleh baja (aluminium conductor steel reinforsed)
atau (aluminium clad steel).
3. Kawat Logam Campuran
Kawat logam campuran merupakan kawat penghantar yang terdiri
dari percampuran beberapa logam tertentu yang sejenis guna mendapatkan
sifat-sifat tertentu dari hasil pencampuran tersebut. Dimana di dalam
pencampuran tersebut sifat-sifat logam murni yang baik untuk kawat penghantar
dipertahankan sesuai dengan aslinya. Hanya saja pencampuran ini khusus untuk
menghilangkan kelmahankelemahan dari logam tersebut.
Jenis yang banyak digunakan untuk kawat penghantar logam
campuran ini adalah kawat tembaga campuran (copper
alloy) dan kawat alumi-nium campuran (alloy
aluminium). Kawat tembaga campuran
sedikit ringan dari kawat tembaga murni, sehingga harganya lebih murah.
Kekuatan tarik kawat tembaga campuran ini lebih tinggi, sehingga dapat
digunakan untuk gawang yang panjang. Sedangkan kawat aluminium campuran
mempunyai kekuatan mekanis yang lebih tinggi dari kawat aluminium murni,
sehingga banyak dipakai pada gawang-gawang yang lebih lebar. Juga
kondiktivitasnya akan lebih besar serta mempunyai daya tahan yang lebih tinggi
terhadap perubahan suhu. yang mempunyai tahanan jenis
0,0175 dengan berat jenis 8,9 dan
titik cair sampai 1083° C, lebih tinggi dari
kawat aluminium.
4. Kawat Logam Paduan
Kawat logam paduan merupakan kawat penghantar yang terbuat
dari dua atau lebih logam yang dipadukan sehingga memiliki kekuatan mekanis dan
konduktivitas yang tinggi. Biasanya tujuan dari perpaduan antara logam-logam
tersebut digunakan untuk merubah atau menghilangkan kekurangan-kekurangan yang
terdapat pada kawat-kawat penghantar dari logam murninya.
Kawat logam paduan ini yang banyak digunakan adalah kawat
baja yang berlapis dengan tembaga maupun aluminium. Karena kawat baja merupakan
penghantar yang memiliki kekuatan tarik yang lebih tinggi dari kawat aluminium
maupun kawat tembaga, sehingga banyak digunakan untuk gawang-gawang yang lebar.
Tetapi kawat tembaga ini memiliki konduktivitas yang rendah. Oleh karena itu
diperlukan suatu lapisan logam yang mempunyai konduktivitas yang tinggi, antara
lain tembaga dan aluminium. Selain itu dapat digunakan untuk melindungi kulit
kawat logam paduan dari bahaya karat atau korosi.
Jenis kawat logam paduan ini antara lain kawat baja berlapis
tembaga (copper clad steel) dan kawat
baja berlapis aluminium (aluminium clad
steel). Kawat baja berlapis tembaga mempunyai kekuatan mekanis yang besar
dan dapat dipakai untuk gawang yang lebih lebar. Sedangkan kawat baja berlapis
aluminium mempunyai kekuatan mekanis lebih ringan dari kawat baja berlapis
tembaga, tetapi konduktivitasnya lebih kecil. Oleh karena itu banyak digunakan
hanya untuk gawang-gawang yang tidak terlalu lebar.
logam liat berwarna kemerah-merahan, yang mempunyai
tahanan jenis 0,0175 dengan berat
jenis 8,9 dan titik cair sampai 1083
° C, lebih tinggi dari
kawat aluminium.
Tabel 9.
Sifat-Sifat Logam Penghantar Jaringan
Macam logam
|
BD
|
Tahanan
jenis
( m/cm )
|
Titik
cair
( 0C )
|
Resistansi (Ω)
|
Koefisien suhu
(0K)
|
Kekuatan
tarik
(kg/mm2)
|
Aluminium
Tembaga
Baja
Perak
Kuningan
Emas
|
2,56
8,95
7,85 10,5 8,44
19,32
|
0,03
0,0175
0,42
0,018
0,07
0,022
|
660
1083
1535
960
1000
1063
|
33,3
57,14
10
62,5
14,28
45,45
|
0,0038
0,0037
0,0052
0,0036
0,0015
0,0035
|
15
– 23
30
– 48
46 - 90
|
C. Bentuk Kawat Penghantar Jaringan
Dilihat dari bentuknya kawat penganta
dapt diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu: kawat padat (solid wire), kawat berlilit (stranded
wire), dan kawat berongga (hallow
wire).
1. Kawat Padat
Kawat padat merupakan kawat tunggal yang berpenampang bulat
dan banyak dibuat dalam ukuran yang kecil, karena kawat padat yang berpenampang
besar akan kaku dan kokoh sehingga sukar dibengkokkan dan tidak fleksibel. Oleh
karena itu banyak sekali kerugian-kerugian yang dimiliki bila dipakai kawat
padat tersebut, terutama bila terjadi kawat putus maupun bila terjadi proses
korosi pada kawat, dan kawat padat ini mempunyai kekuatan tarik yang rendah,
sehingga tidak ekonomis penggunaannya.
Biasanya kawat padat ini
digunakan untuk jaringan distribusi sekunder atau jaringan pelayanan (service) ke konsumen, serta untuk
jaringan telepon maupun instalasi rumah dan gedung-gedung. Walaupun digunakan
untuk jaringan distribusi tegangan rendah, hanya untuk gawang-gawang yang
pendek. Penggunakan kawat padat ini sudah mulai dihindari pemakaiannya, selain
tidak ekonomis juga pendistribusian tenaga listrik akan mengalami
hambatan-hambatan bila terjadi kawat putus, dan gejala-gejala listrik lainnya.
2. Kawat Berlilit
Kawat berlilit merupakan sejumlah kawat padat yang dipilin
secara berlapis-lapis terkonsentris membentuk lingkaran dalam suatu lilitan
dengan penampang yang sama. Salah satu
kawat yang terdapat ditengah sebagai pusat kawat tidak ikut dipilin. Oleh
karena itu kawat berlilit akan memiliki ukuran yang besar, lebih kaku dan
mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi serta mudah lentur.
Jenis kawat yang dipilin ini biasanya tidak hanya terdiri
dari satu jenis kawat. Untuk meningkatkan sifat-sifat kawat berlilit ini
digunakan kawat yang terdiri dari beberapa macam kawat. Kombinasi dari beberapa
kawat penghantar ini disesuaikan dengan penggunaan untuk jaringan tenaga listrik pada tegangan yang dipakai.
Makin tinggi tegangan suatu sistem makin disesuaikan kombinasi kawat logam
tersebut tanpa meninggalkan sifat logam itu sebagai kawat penghantar. Kawat
berlilit yang dikombinasikan ini umumnya digunakan hanya untuksaluran transmisi
tegangan tinggi maupun untuk saluran tegangan ekstra tinggi (extra high voltage) dan saluran
tegangan ultra tinggi (ultra high
voltage) untuk gawang-gawang yang lebar.
Jumlah serat (berkas) kawat dalam kawat penghantar tersebut
ditentukan oleh banyaknya lapisan, dan dapat ditentukan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
N = 3 n2 - 3 n + 1
Dimana :
n = jumlah lapisan
N = banyak serat/berkas kawat pada penghantar
Jumlah berkas kawat biasanya terdiri dari 7, 19, 37, 61, 71,
dan 127 berkas/serat. Untuk jaringan distribusi pada umumnya dipakai 7
berkas/serat kawat penghantar, dimana satu kawat sebagai kawat pusat yang
berada ditengah sedangkan 6 berkas/serat kawar melilitinya.
Kawat berlilit ini selain menguntungkan dari segi
penggunaannya juga sangat baik dari segi keamanan dan pemeliharaannya
dibandingkan dengan kawat padat. Jenis kawat berlilit ini adalah kawat tembaga
berlilit (standed copper conductor),
kawat aluminium berlilit (stranded
aluminium conductor), kawat aluminium campuran berlilit, dan kawat tembaga
capuran berlilit, dan sebagainya. Sedangkan kawat berlilit yang menggunakan dua
kawat sebagai kombinasi adalah kawat aluminium conductor steel reinforced (ACSR) dan kawat aluminium conductor
alloy reinforced (ACAR) yang
merupakan kombinasi kawat aluminium dengan kawat baja atau kawat campuran (alloy).
Pada jaringan distribusi yang banyak digunakan adalah kawat
aluminium berlilit atau kawat aluminium campuran berlilit. Perbaikan mutu kawat
aluminium ini akan menghasilkan kawat tarikan keras (hard drawn), kekuatan mekanis tinggi dan beratnya lebih ringan,
walaupun konduktivitasnya agak rendah dari kawat tembaga.
3. Kawat Berongga
Kawat
berongga merupakan kawat yang dipilin membentuk suatu lingkaran dimana ditengah
kawat ini tidak ditempatkan satu kawatpun, sehingga merupakan rongga yang
kemudian ditunjang oleh sebuah batang "I" (I beam) atau sebuah segmen berbentuk cincin. Kawat berongga ini
jarang sekali digunakan untuk jaringan distribusi, selain mahal harganya juga
sangat berat. Biasanya digunakan pada gardu induk sebagai rel penghubung.
Kerana kokoh dan ukurannya besar, kawat ini mempunyai kekuatan mekanis yang
sngat besar. Bentuk kawat berongga ini direncanakan untuk menghindarkan
terjadinya pangaruh kulit (skin effect)
pada kawat penghantar.
Gambar 1.
Bentuk
kawat penghantar jaringan, (a) kawat penghantar padat, (b) kawat penghantar
berlilit, (c) kawat penghantar berongga
E. Karakteristik Kawat Penghantar Jaringan 1. Karakteristik Elektris a. Resistansi Kawat Penghantar
Tiap-tiap logam mempunyai tahanan jenis (ρ) yang tertentu besarnya. Makin kecil nilai tahanan jenis (resistivity)
suatu logam makin baik digunakan sebagai kawat penghantar. Seperti halnya kawat
tembaga mempunyai tahanan jenis yang paling rendah (0,0175) merupakan logam
yang sangat baik digunakan sebagai kawat penghantar dibandingkan dengan kawat
aluminium yang mempunyai tahanan jenis 0,030.
Tahanan jenis inilah yang merupakan salah satu faktor untuk
menentukan besarnya tahanan (resistance) R dalam suatu kawat penghantar,
disamping faktor-faktor luas penampang kawat (A) dan panjang kawat (l) pada
suatu penghantar jaringan. Dimana besarnya tahanan dari suatu kawat penghantar
sebanding dengan panjangnya dan berbanding terbalik dengan luas penampang
kawat, yang dinyatakan dengan persamaan :
l
R = ρ A
Dimana :
R
= besarnya tahanan kawat (Ω) ρ = nilai tahanan jenis
kawat (m/mm) l = panjang kawat
penghantar (m) A = luas penampang kawat (mm2 )
Makin panjang suatu jaringan makin jauh pula jarak tempuh
arus listrik dan makin besar tahanan kawat tersebut. Sebaliknya kalau diameter
kawat makin besar, maka aliran listrik dapat mengalir dengan mudah dan nilai
tahanan makin kecil. Begitu pula makin besar diameter kawat makin lebar ukuran
beban pelayanan yang harus dilayani.
Selain dari pada itu besarnya tahanan suatu kawat penghantar
akan berubah karena pengaruh suhu. Makin besar perbedaan kenaikan suhu makin
bertambah besar tahanan kawat
penghantar. Perubahan besarnya nilai tahanan tersebut sesuai dengan persamaan :
Rt =
Rto {1 + α (t - to)}
Dimana :
Rt
= besarnya tahanan pada kenaikan suhu t C (Ω) Rto = besarnya tahanan
pada suhu semula (Ω) t = suhu sekarang (° C)
to = suhu mula-mula (° C)
α = koefisien suhu
b. Konduktivitas Kawat Penghantar
Nilai konduktivitas suatu kawat penghantar dinyatakan sebagai
perbandingan terbalik dengan besarnya tahanan, yang besarnya dinyatakan dengan
persamaan :
1
C =
R
Dimana
C = besarnya konduktivitas kawat
penghantar (mho)
Berarti makin besar suatu tahanan kawat penghantar makin
kecil nilai konduktivitasnya. Konduktivitas suatu kawat penghantar ini
tergantung pula pada kemurnian dari logam yang digunakan, akan makin besar bila
kemurnian logam bertambah tinggi dan berkurang bila campurannya bertambah. Karena
faktor-faktor tersebut diatas maka besarnya konduktivitas tidak bisa mencapai
nilai tepat 100 %. Apabila digunakan aluminium yang sebelumnya mempunyai
konduktivitas sedikit rendah dari tembaga, nilainya tidak akan berkurang dari
60 %.
Comments
Post a Comment